Ar-raihan

Ar-raihan

Ar-raihan

Ar-raihan

Posted by Hardiknas 2011 | Kamis, 21 April 2011 | 0 komentar

Perjalanan sejarah panjang bangsa ini telah berlangsung. Pergulatan ide mengukir relief-relief realitas. Sebagai bangsa, telah banyak yang dikerjakan, dibangun dan  di transformasikan menuju pada hal ideal. Namun, masalah masih terlalu banyak yang belum diselesaikan. Keterpurukan bangsa ini, baik secara ekonomi, budaya, politik, dan peradaban adalah pekerjaan rumah tak berujung yang membutuhkan modal social dan modal kemanusiaan yang cukup. Sementara, letupan-letupan masa depan kadang tak terdeteksi. Penetrasi budaya, imperialisme Ekonomi dalam bentuk neoliberalisme dan penjajahan ideology yang sangat hegemonic terkadang menjadikan generasi bangsa ini seperti terpasung dan tak dapat berbuat banyak.  Proyek globalisasi, gaya hidup hedonisme  dan kecendrungan untuk mendapatkan laba bagai dua sayap yang menerbangkan manusia kemasa depan tak bernama.
Bukti kegagalan kita sebagai bangsa untuk bangkit adalah sudah 63  tahun kita merdeka, Rezim telah banyak kali berganti bahkan telah memasuki tahun ke 10 reformasi digulirkan sebagai momentum perubahan namun, tetap saja keterpurukan melanda. Kita malah dipertontonkan akan kembalinya kekuatan-kekuatan lama yang semakin hari semakin kuat, restorasi orde baru sudah didepan mata sementara konsolidasi demokrasi yang dimotori oleh organ-organ prodem semakin memudar. Belum lagi, dari sudut pandang etika, moral dan akhlak sepertinya kita sudah berada pada titik Nadir. Bagaimana tidak, coba kita perhatikan berita tentang korupsi, suap menyuap, mark up anggaran sampai pada perilaku pornografi dan pornoaksi kebanyakan diperankan oleh orang yang mestinya menjadi teladan, para pemimpin dan para wakil rakyat  yang terhormat. Rakyat kecil hanya selalu ketiban sial dan kebagian penderitaan.  Dari sisi ekonomi rakyat kecil tercekik dengan melambungnya harga bahan pokok, dari sisi politik pembodohan dengan mobilasasi massa pendukung, dan praktek money politik hampir disetiap even perebutan kekuasaan menjadi hal yang lumrah. Pengangguran, kemiskinan dan keterbelakangan masih melekat pada wong cilik, akibat dari kebijakan yang tidak ramah dan pro orang miskin. Terbatasnya kesempatan, anggaran yang bocor dan dan tidak tepat sasaran sehingga berapapun APBN dan APBD kita, semuanya  tak dapat untuk menggerakkan sektor riil. Secara umum, bangsa ini terjangkiti  penyakit moral yang kronis. Harus ada langkah dan ketegasan untuk keluar dari lingkaran setan persoalan yang membelit dengan menggalakkan pencerahan, internalisasi etika, kejujuran dan keteladanan termasuk membudayakan rasa malu yang hampir-hampir telah tercerabut dari prilaku bangsa ini.
Harapan besar tertuju pada lembaga pendidikan, sebagai intitusi yang konsern pada pembinaan dan pencerahan generasi bangsa untuk muncul generasi bermartabat dimasa depan. Hanya dengan pendidikan yang bermartabat, bangsa ini masih memiliki secercah harapan untuk mewujudkan masyarakat berperadaban. Pertanyaannya, benarkah pendidikan kita mampu untuk itu, atau juga telah terkotori oleh budya dan sistem kotor yang telah menggurita ?

Leave a Reply